Sabtu, 09 Juni 2012

Analisa Kredit

1. Pendahuluan Fungsi Bank pemerintah adalah untuk memberikan pelayanan kepada pemerintah, dunia usaha dan perorangan. Kegiatan yang penting adalah membiayai proyek pembangunan yang bertujuan menggairahkan industri baru maupun yang sedang berkembang, dalam wujud menyediakan dana atau pemberian kredit. Pemberian kredit ini megandung suatu tingkat resiko (degree of risk) tertentu. Untuk menghindari maupun untuk memperkecil resiko kredit yang mungkin terjadi, maka permohonan kredit harus dinilai oleh bank atas dasar syarat bank teknis; yang terkenal dengan 5 C, yiatu : (1) Character Bank mencari data tentang sifat-sifat pribadi, watak dan kejujuran dari pimpinan perusahaan dalam memenuhi kewajiban finansiilnya. (2) Capacity Ini menyangkut kemampuan pimpinan perusahaan beserta stafnya, baik kemampuan dalam manajemen maupun keahlian dalam bidang usahanya. (3) Capital Ini menunjukkan posisi finansiil perusahaan secara keseluruhan yang ditunjukkan oleh ratio finansiilnya dalam penekanan pada komposisi ”tangible net worth”nya. Bank harus mengetahui bagaimana pertimbangan antara jumlah hutang dan jumlah modal sendiri. (4) Collateral Collateral berarti jaminan. Ini menunjukkan besarnya aktiva yang akan diikatkan sebagai jaminan atas kredit yang diberikan oleh Bank. (5) Conditions Bank harus melihat kondisi ekonomi secara umum serta kondisi pada sektor usaha si peminta kredit. Disamping formula ”5C” tersebut diatas, didalam pemberian kredit Bank akan memperhatikan aspek-askpek pertimbangan kredit untuk menilai kelayakan suatu usaha yang akan dibiayai oleh kredit Bank. Secara umum aspek-aspek pertimbangan tersebut meliputi : 1. Aspek Umum; 2. Aspek Ekonomi/Komersiil 3. Aspek Teknik 4. Aspek Yuridis 5. Aspek Kemanfaatan dan Kesempatan kerja 6. Aspek Keuangan Dalam hubungannya dengan penilaian aspek finansiil suatu permohonan kredit, hal-hal yang perlu dinilai adalah sebagai berikut : a. Neraca dan Laporan Rugi Laba b. Laporan Sumber dan Penggunaan Modal Kerja c. Rencana Penerimaan dan Pengeluaran Kas (Cash Budget) d. Proyeksi Laporan Keuangan e. Penilaian Proyek Investasi f. Perhitungan Kebutuhan Kredit g. Rencana Anggaran Kredit (Repayment Schedule) 2. Penilaian Laporan Keuangan Cara yang umum diterima untuk meneliti keadaan keuangan seorang nasabah, ialah dengan jalan memperoleh Neraca, Laporan Rugi Laba dan keterangan lainnya. Sebaiknya diusahakan agar diperoleh laporan keuangan yang sudah diaudit, karena auditor dapat memberikan pandangan yang bebas tentang keadaan keuangan nasabah sebagai hasil dari pemeriksaannya terhadap pembukuan nasabah. Sebelum melangkah dalam penilaian Neraca dan Laporan Rugi Laba, maka perlu diperhatikan apakah data yang disajikan sudah sesui dengan prinsip akuntansi yang berlaku dan terjamin kebenarannya. Sedapat mungkin diperoleh laporan keuangan untuk beberapa periode atau minimal laporan keuangan 2 periode yang terakhir. Terhadap laporan keuangan ini antara lain dapat diterapkan teknik analisa sebagai berikut : 1. Analisa per pos/komponen, adalah meneliti/menganalisa masing-masing pos yang ada dalam neraca maupun laporan rugi laba. Misalnya : Analisa terhadap pos Piutang Dagang 2. Analisa Prosentase per komponen. Dalam teknik ini laporan keuangan disajikan dalam prosentase-prosentase; yaitu prosentase dari masing-masing pos neraca terhadap total aktiva, sedangkan untuk pos-pos laporan rugi laba prosentase dihitung bea terhadap jumlah penjualan bersih. 3. Analisa Perbandingan/Analisa Naik Turun. Dalam analisa ini kita mengadakan perbandingan pos-pos dalam neraca dan laporan rugi laba dari suatu periode dengan periode yang lainnya (periode yang berurutan). 4. Analisa Ratio. Ratio menggambarkan perimbangan antara suatu pos dengan pos yang lain, baik yang tercantum dalam neraca maupun laporan rugi laba untuk mengetahui posisi keuangan nasabah/calon peminjam kredit. Di bawah ini beberapa ratio yang penting dalam hubungannya dengan kepentingan analisa kredit : (1) Ratio Likuiditas, yaitu ratio untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membiayai operasi dan kewajiban finansiil pada sat ditagih a. Current ratio = Aktiva Lancar + Hutang Lancar b. Cash ratio = (Kas + Bank) + Hutang Lancar c. Quick ratio = Aktiva Lancar - Persediaan d. Inventory to working capital = Persediaan + (Aktiva Lancar - Hutang Lancar) atau Persediaan + Modal Kerja (2) Ratio Leverage a. Debt to equity ratio = Total Hutang + Modal Sendiri b. Current liabilities to net worth = Hutang Lancar + Modal Sendiri c. Tangible assets debt coverage = Aktiva Tetap Berwujud + Hutang Jangka Panjang d. Long term debt to equity ratio = Hutang Jangka Panjang + Modal Sendiri e. Debt service = (EBIT - Pajak + Bunga ) + (Angsuran Kredit + Bunga) (3) Ratio Aktivitas a. Perputaran persediaan (Inventory turn over), yaitu ratio antara penjualan dengan rata-rata persediaan yang dinilai berdasar harga jual atau kalau memungkinkan ratio ini dihitung dengan memperbandingkan antara Harga Pokok Penjualan dengan rata-rata persediaan. b. Average collection periode = Piutang + Penjualan Neto perhari secara kredit c. Perputaran Aktiva Tetap (Fixed assets turn over) = Penjualan Neto + Aktiva Tetap d. Perputaran Modal Kerja (Working capital turn over) = Penjualan Neto + Modal Kerja (4) Ratio Rentabilitas a. Profit margin; dalam hubungannya antara profit margin dengan penjualan b. Return on investment; ratio antara laba operasionil dengan total aktiva (%) c. Return on equity; ratio antara laba bersih setelah pajak dengan modal sendiri d. Laba per lembar saham; ratio antara laba dengan lembar saham yang beredar. Dengan mengadakan analisa ratio akan diketahui perkembangan atau kecenderungan posisi keuangan perusahaan. Tetapi hasil analisa ratio tersebut bukan merupakan suatu alat yang dapat memberikan jawaban yang pasti untuk keputusan akhir pemberian kredit. Analisa ratio hanya dianggap sebagai langkah permulaan dari proses pengambilan keputusan untuk memberikan kredit. 3. Analisa Sumber dan Penggunaan Modal Kerja Maksud utama analisa ini adalah untuk mengetahui bagaimana dana digunakan dan bagaimana kebutuhan dana tersebut dibelanjai/dipenuhi. Dari mana datangnya dana dan untuk apa dana itu digunakan. Dengan mengadakan analisa terhadap laporan tersebut dapat diketahui bagaimana perusahaan itu mengelola/menggunakan dana yang dimiliki. Pengertian dana disini adalah sama dengan modal kerja yaitu selisih antara aktiva lancar dengan hutang lancar. 4. Rencana Penerimaan dan Pengeluaran Kas (Budget Kas) Budget kas adalah gambaran atas seluruh rencana penerimaan dan pengeluran uang tunai yang bertalian dengan rencana keuangan perusahaan dan transaksi lainnya yang menyebabkan perubahan pada posisi kas atau menunjukkan aliran kas (cash flow) perusahaan tersebut. Dari budget kas akan dapat ditentukan : • kapan dan berapa besarnya deposisi kredit akan dilaksanakan, serta jangka waktu kreditnya • kapan dan berapa besarnya angsuran kredit dapat dilakukan • kemungkinan adanya surplus/defisit karena rencana operasi perusahaan Kalau diperbandingkan dengan analisa laporan sumber dan penggunaan kas, maka perbedaannya terleyak pada tujuannya. Laporan sumber dan penggunaan kas menunjukkan darimana uang kas diterima dan digunakan untuk apa saja uang kas yang telah/akan diterima dalam periode tersebut, sedangkan budget kas tujuannya lebih jauh dari itu yaitu ingin mengetahui saat-saat penerimaan dan pengeluaran uang (serta jumlahnya masing-masing) serta saat-saat adanya surplus atau defisit kas. Penyusunan budget kas, menurut Drs. Bambang Riyanto, dapat dilakukan dengan beberapa tahap sebagai berikut : 1. menyusun estimasi penerimaan dan pengeluaran menurut rencana operasionil perusahaan 2. menyusun perkiraan atau estimasi kebutuhan dana atau kredit dari Bank atau sumber-sumber dan lainnya yang diperlukan untuk menutup defisit kas karena rencana operasinya perusahaan. 3. menyusun kembali estimasi keseluruhan penerimaan dan pengeluaran setelah adanya transaksi finansiil dan budget kas yang final ini merupakan gabungan dari transaksi operasionil dan transaksi finansiil yang menggambarkan estimasi penerimaan dan pengeluaran kas keseluruhan. Prosedur penyusunan cash-flow dapat disederhanakan dalam bentuk gambar sebagai berikut : Uraian Bulan I Bulan II Bulan III Saldo awal ............................................. Penerimaan ........................................... a b d e g h Jumlah kas keseluruhan (a+b) (d+e) (g+h) Pengeluaran .......................................... c f i Saldo akhir ............................................ (a+b)-c (d+e)-f (g+h)-i d g dst. Contoh penyusunan budget kas PT. R&D (semua data uang dalam puluhan ribu rupiah) : (1) Perkiraan penjualan tunai untuk tahun 2010 : Januari ............................................................ Rp 308 Februari .......................................................... Rp 361 Maret .............................................................. Rp 176 Triwulan II ..................................................... Rp 1.271 Triwulan III .................................................... Rp 1.785 Triwulan IV .................................................... Rp 1.812 (2) Estimasi penjualan kredit : Januari ............................................................ Rp 1.000 Februari .......................................................... Rp 1.200 Maret .............................................................. Rp 1.500 Triwulan II ..................................................... Rp 4.000 Triwulan III .................................................... Rp 3.600 Triwulan IV .................................................... Rp 3.800 Kerugian karena piutang tak tertagih berdasarkan pengalaman sebesar 1% dari penjualan kredit. (3) Pola pengumpulan piutang dagang diperkirakan : - bulanan : 70%, 20% dan 10% berturut-turut sejak terjadinya penjualan - triwulan : masing-masing 90% dan 10% berturut-turut sejak triwulan penjualan (4) Berbagai pengeluaran yang membutuhkan kas : • Pembelian bahan baku : Januari = Rp 600 Triwulan II = Rp 1.750 Februari = Rp 700 Triwulan III = Rp 1.700 Maret = Rp 500 Triwulan IV = Rp 1.750 • Pembayaran upah : Januari = Rp 250 Triwulan II = Rp 800 Februari = Rp 300 Triwulan III = Rp 750 Maret = Rp 200 Triwulan IV = Rp 800 • Biaya penjualan : Januari = Rp 200 Triwulan II = Rp 680 Februari = Rp 200 Triwulan III = Rp 780 Maret = Rp 200 Triwulan IV = Rp 870 • Biaya administrasi dan umum : Januari = Rp 350 Triwulan II = Rp 1.200 Februari = Rp 500 Triwulan III = Rp 1.670 Maret = Rp 400 Triwulan IV = Rp 1.580 • Pembayaran pajak : Januari = - Triwulan II = Rp 150 Februari = - Triwulan III = Rp 150 Maret = Rp 100 Triwulan IV = Rp 200 (5) Estimasi salso kas pada akhir bulan Desember 2009 berjumlah Rp 100 (6) Persediaan besi kas ditetapkan sebesar Rp 50 Dari data dan informasi di atas, dapatlah disusun cash flow dengan melalui tahap-tahap sebagai berikut : a. Anggaran pengumpulan piutang Waktu Jumlah Piutang Kerugian Piutang Piutang Bersih Kuartal I Kuartal II Kuartal III Kuartal IV Saldo Jan Feb Mar Januari 1000 10 990 693 198 99 - - - - Februari 1200 12 1188 - 831.6 237.6 118.8 - - - Maret 1500 15 1485 - - 1039.5 297 148.5 - - Kuartal II 4000 40 3960 - - - 3564 396 - - Kuartal III 3600 36 3564 - - - - 3207.6 356.4 - Kuartal IV 3800 38 3762 - - - - - 3385.8 376.2 Jumlah 15100 151 14949 693 1030 1376.1 3979.8 3752.1 3742.2 376.2 b. Estimasi penerimaan kas Jenis penerimaan Kuartal I Kuartal II Kuartal III Kuartal IV Januari Februari Maret Penjualan tunai 308 361 176 1271 1785 1812 Pengumpulan piutang 693 1029.6 1376.1 3979.8 3752.1 3742.2 Jumlah 1001 1390.6 1552.1 5250.8 5537.1 5554.2 c. Estimasi pengeluaran kas Jenis pengeluaran Kuartal I Kuartal II Kuartal III Kuartal IV Januari Februari Maret Pembelian bahan baku 600 700 500 1750 1700 1750 Pembayaran upah 250 200 200 800 750 800 Biaya penjualan 200 300 200 680 780 870 Biaya administrasi & umum 350 500 400 1220 1670 1580 Pembayaran pajak - - 100 150 150 200 Jumlah 1400 1700 1400 4600 5050 5200 d. Kas sementara Kuartal I Kuartal II Kuartal III Kuartal IV Januari Februari Maret Penerimaan 1001 1390.6 1552.1 5250.8 5537.1 5554.2 Pengeluaran 1400 1700 1400 4600 5050 5200 Jumlah -399 -309.4 152.1 650.8 487.1 354.2 e. Skedul penerimaan dan pembayaran kredit & bunga Uraian Kuartal I Kuartal II Kuartal III Kuartal IV Januari Februari Maret Saldo kas awal 100 53.8 60.6 198.9 835.6 618.9 Terima kredit 360 330 - - - - Membayar kredit - - - - -690 - 460 383.8 60.6 198.9 145.6 618.9 Surplus (defisit) -399 -309.4 152.1 650.8 487.1 354.2 Pembayaran bunga -7.2 -13.8 -13.8 -13.8 -13.8 - Saldo kas akhir 53.8 60.6 198.9 835.9 618.9 973.1 Kredit kumulatif 360 690 690 690 690 690 f. Budget kas akhir Uraian Kuartal I Kuartal II Kuartal III Kuartal IV Januari Februari Maret Saldo kas awal 100 53.8 60.6 198.9 835.6 618.9 Penerimaan : * Penjualan tunai 308 361 176 1271 1785 1812 * Pengumpulan piutang 693 1029.6 1376.1 3979.8 3752.1 3742.2 * Penerimaan kredit 360 330 - - - - Jumlah penerimaan 1361 1720.6 1552.1 5250.8 5537.1 5554.2 Jumlah kas 1461 1774.4 1612.7 5449.7 6372.7 6173.1 Pengeluaran : * Pembelian bahan baku 600 700 500 1750 1700 1750 * Pembayaran upah 250 200 200 800 750 800 * Biaya penjualan 200 300 200 680 780 870 * Biaya administrasi & umum 350 500 400 1220 1670 1580 * Pembayaran pajak - - 100 150 150 200 * Pembayaran bunga 7.2 13.8 13.8 13.8 13.8 - * Pembayaran kredit - - - - 690 - Jumlah pengeluaran 1407.2 1713.8 1413.8 4613.8 5753.8 5200 Saldo akhir kas 53.8 60.6 198.9 835.9 618.9 973.1 5. Proyeksi Laporan Keuangan Pemohon kredit biasanya dalam mengajukan permohonan, disamping harus dilampiri laporan keuangan dua tahun terakhir, juga harus membuat proyeksi neraca dan laporan rugi laba minimal untuk satu tahun berikutnya. Dari proyeksi neraca dan laporan rugi laba ini dapat dianalisa dengan teknik yang sama dengan laporan keuangan sebelumnya. Tetapi disamping itu perlu pula diterapkan metode atau teknik analisa yang lain yaitu Analisa Break Even. Dengan analisa ini akan dapat diketahui penjualan minimal yang harus dicapai oleh nasabah agar tidak mengalami kerugian. Apabila hal ini sudah diketahui, maka kita dapat menilai apakah sekiranya perusahaan pemohon kredit akan mampu mencapai tingkat volume penjualan tersebut. 6. Penilaian Proyek Investasi Setelah diperoleh gambaran mengenai posisi keuangan baik untuk masa lalu maupun waktu yang akan datang, maka langkah selanjutnya adalah mngadakan penelitian terhadap rencana proyek investasinya itu sendiri, yaitu menilai perlu tidaknya suatu proyek investasi dilaksanakan. Metode yang dapat digunakan untuk memilih berbagai macam usul investasi antara lain : • Pay-back Period • Average Return in Investment • Present Value • Discounted Cash Flow 7. Perhitungan Kebutuhan Kredit Cara perhitungan kebutuhan kredit tergantung pada jenis kredit yang akan diberikan. Apabila kredit tersebut berupa kredit jangka pendek (kredit modal kerja), maka kebutuhan kredit dapat diketahui dari budget kas, atau dengan menggunakan metode perputaran modal kerja (gross working capital turnover) sebagai berikut : (1) Pada tingkat penjualan sekarang : Penjualan Bersih = Perputaran Modal Kerja Rp ................................. (2) Untuk tambahan penjualan yang direncanakan : Tambahan penjualan = Perputaran Modal Kerja Rp ................................. (+) (3) Jumlah modal kerja yang dibutuhkan Rp ................................. (4) Modal kerja yang dimiliki sekarang Rp ................................. (-) (5) Jumlah kredit yang dapat dipertimbangkan Rp ................................. Apabila jenis kredit yang diberikan adalah kredit jangka panjang (misalnya kredit investasi), maka kebutuhan kredit dapat diketahui dari Budget Modal (capital budgeting) atau dari rencana penggunaan kredit yang diajukan oleh pemohon kredit. 8. Daftar Angsuran Kredit Rencana pembayaran kembali/pelunasan kredit disusun sesuai dengan cash budget/cash flow projection, jenis serta sifat kredit yang diminta serta projection income statement. Contoh : PT. Jaya Makmur Sentosa mendapatkan kredit sebesar Rp 10.000.000. bunga 12% per tahun dihitung dari sisa pinjaman; pembayaran bunga dilakukan tiap 6 bulan. Grace period 6 bulan; jangka waktu pinjaman 5 tahun. Jenis kredit investasi (sifat kredit investasi adalah aflopend plafond artinya kredit investasi harus dilunasi secara berangsur-angsur sesuai skedul pelunasan yang telah ditetapkan). Berdasarkan data tersebut dapat disusun Daftar Angsuran Kredit sebagai berikut : Tahun Jumlah Pembayaran Bunga Pembayaran Angsuran Pinjaman Plafond Sisa Pinjaman 1. I II 600.000 1.600.000 600.000 600.000 - 1.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 9.000.000 Akhir tahun 1. 2.200.000 1.200.000 1.000.000 9.000.000 9.000.000 2. I II 1.540.000 1.480.000 540.000 480.000 1.000.000 1.000.000 9.000.000 8.000.000 8.000.000 7.000.000 Akhir tahun 2. 3.020.000 1.020.000 2.000.000 7.000.000 7.000.000 3. I II 1.420.000 1.360.000 420.000 360.000 1.000.000 1.000.000 7.000.000 6.000.000 6.000.000 5.000.000 Akhir tahun 3. 2.780.000 780.000 2.000.000 5.000.000 5.000.000 4. I II 1.300.000 1.240.000 300.000 240.000 1.000.000 1.000.000 5.000.000 4.000.000 4.000.000 3.000.000 Akhir tahun 4. 2.540.000 540.000 2.000.000 3.000.000 3.000.000 5. I II 1.680.000 1.590.000 180.000 90.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 0 Akhir tahun 5. 3.270.000 270.000 3.000.000 0 Jumlah ........... 13.810.000 3.810.000 10.000.000 9. Penutup Dari penilaian terhadap aspek finansiil tersebut kiranya sudah mencakup tujuan daripada penilaian terhadap pertimbangan pemberian kredit, yaitu kita mengetahui sampai dimana kemampuan perusahaan pemohon kredit di dalam : - melaksanakan operasinya pada masa yang akan datang - menyediakan kebutuhan modal kerja - memenuhi kewajiban finansiilnya - menciptakan/memperoleh laba Seberapa jauh atau luas analisa atau penilaian aspek keuangan ini akan tergantung pada besar kecilnya resiko yang harus dihadapi oleh Bank.

Sabtu, 28 April 2012

Analisa perubahan laba kotor

Pada dasarnya perubahan laba kotor disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor penjualan dan faktor harga pokok penjualan. Perubahan laba kotor karena adanya perubahan hasil penjualan dapat disebabkan adanya : a. Perubahan kwantitas atau volume produk yang dapat dijual b. Perubahan harga jual per satuan produk Perubahan laba kotor karena adanya perubahan harga pokok penjualan dapat disebabkan adanya : a. Perubahan harga pokok rata-rata per satuan b. Perubahan kwantitas harga pokok penjualan Analisa perubahan laba kotor a. Perubahan harga jual per satuan produk (Sales Price Variance) (Hj2 - Hj1) K2 Keterangan : Hj1 = Harga jual per satuan produk yang dibudgetkan atau tahun sebelumnya. Hj2 = Harga jual per satuan produk yang sesungguhnya K2 = Kwantitas atau volume produk yg sesungguhnya dijual tahun ini Apabila (Hj2-Hj1) = positif, maka menguntungkan. Jika negatif, maka merugikan. b. Perubahan kwantitas atau volume produk yang dijual (K2 - K1) Hj1 Keterangan : K2 = Kwantitas penjualan yang sesungguhnya direalisasi tahun ini K1 = Kwantitas penjualan yang dibudgetkan atau tahun sebelumnya Hj1 = Harga jual per satuan produk yang dibudgetkan atau tahun sebelumnya sebagai standar Apabila (K2 - K1) = positif, maka menguntungkan. Jika negatif, maka merugikan. c. Perubahan harga pokok rata-rata per satuan (HPP2 - HPP1) K2 Keterangan : HPP2 = Harga Pokok Penjualan yang sesungguhnya HPP1 = Harga Pokok Penjualan menurut budget/tahun sebelumnya K2 = Kwantitas produk yang sesungguhnya dijual Apabila (HPP2 - HPP1) = Positif, maka merugikan. Jika Negatif, maka menguntungkan d. Perubahan kwantitas harga pokok penjualan (K2 - K1) HPP1 Keterangan : K2 = Kwantitas produk yang sesungguhnya dijual K1 = Kwantitas penjualan yang dibudgetkan atau tahun sebelumnya HPP1 = Harga Pokok Penjualan menurut budget/tahun sebelumnya Apabila (K2 - K1) = Positif, maka merugikan. Jika Negatif, maka menguntungkan. Sebab-sebab adanya penurunan laba bruto dapat dianalisa dengan langkah-langkah sebagai berikut : Langkah I : Perhitungan perubahan laba kotor karena perubahan volume dan harga jual : Hasil penjualan xxx Unit penjualan 1989 x harga budget xxx Perubahan karena kenaikan harga jual xxx (menguntungkan) Unit penjualan 1989 x harga budget xxx Penjualan menurut Budget 1989 xxx Perubahan karena berubahnya volume (tidak menguntungkan) xxx

Selasa, 24 April 2012

BEP

Contoh Kasus Break Even Point Contoh Kasus Break Even Point PT. Edi suratman membuat dan menjual dua jenis produk yaitu Kosimil dan Lusimol. Total biaya tetap untuk kedua jenis produk tersebut Rp. 60.000,00. Harga jual, biaya variabel, dan laba kontribusi per unit serta rasio masing-masing produk adalah : Produk Kosimil Produk Lusimol Harga Jual Rp. 12,00 100% Rp. 8,00 100% Biaya Variabel Rp. 6,00 50% Rp. 6,00 75% Laba Kontribusi Rp. 6,00 50% Rp. 2,00 25% 1. Jika komposisi penjualan produk K dan L dalam unit masing-masing 1 : 1 atau dalam rupiah 3 : 2, hitunglah penjualan pada titik impas dengan teknik : a. Rasio LK rata-rata b. LK rata-rata per unit 2. Jika total penjualan yang direncanakan untuk kedua jenis produk tersebut sebesar 20.000 unit, dan komposisi penjualan produk K dan L dalam unit masing-masing 1 : 1 atau dalam rupiah 3 : 2, hitunglah besarnya laba yang direncanakan Penyelesaian : 1. Menghitung penjualan pada titik impas dengan komposisi produk K dan L dalam unit 1 : 1 atau dalam rupiah 3 : 2. a. Teknik CM ratio rata-rata a + i BEP (Rp) = ----------------------------- Rasio Laba Kontr. Rata-rata Rp. 60.000 + 0 = -------------------------- = Rp. 150.000,00 (50% X 3) + (25% X 2) -------------------------- 3 + 2 Titik impas tercapai pada penjualan sebesar Rp. 150.000,00. Produk K dan produk L dengan komposisi 3 : 2, maka produk K sebesar = 3/5 (Rp. 150.000) = Rp. 90.000,00 dan produk L sebanyak Rp. = 2/5 (Rp. 150.000) = Rp. 60.000,00. b. Teknik Laba Kontribusi Rata-rata per unit a + i BEP (Unit) = -------------------------------- Laba Kontr. Rata-rata per unit Rp. 60.000 + 0 = ------------------------------- (Rp. 6,00 X 1) + (Rp. 2,00 X 1) -------------------------------- 1 + 1 Rp. 60.000 = -------------------- = 15.000 unit 4 Titik impas tercapai pada penjualan sebanyak 15.000 unit, produk K dan produk L dengan komposisi 1 : 1, maka penjualan produk K = 1/2 (15.000 ) = 7.500 unit, dan produk L = 1/2 (15.000) = 7.500 unit. Bukti : Produk K Produk L Total 7.500 unit 7.500 unit 15.000 unit Jumlah % Jumlah % Jumlah % Penjualan Rp. 90.000 100 Rp. 60.000 100 Rp. 150.000 100 Biaya Variabel 45.000 50 45.000 75 90.000 60 ------------------------------------------------------- Laba Kontribusi 45.000 50 15.000 25 60.000 40 Biaya Tetap 60.000 -------- Laba Bersih 0 2. Jika total penjualan 20.000 unit dengan komposisi penjualan produk k dan L masing-masing dalam unit 1 : 1 atau dalam rupiah 3 : 2, maka besarnya laba adalah : Produk K Produk L Total 10.000 unit 10.000 unit 20.000 unit Jumlah % Jumlah % Jumlah % Penjualan Rp. 120.000 100 Rp. 80.000 100 Rp. 200.000 100 Biaya Variabel 60.000 50 60.000 75 120.000 60 -------------------------------------------------------- Laba Kontribusi 60.000 50 20.000 25 80.000 40 Biaya Tetap 60.000 --------- Laba Bersih 20.000 Kesimpulan : Dampak Perubahan Komposisi Penjualan terhadap hubungan CPV Perusahaan yang menjual lebih dari satu macam produk seringkali mempunyai kesempatan untuk menaikkan laba kontribusi dan menurunkan titik impas dengan cara memperbaiki komposisi penjualan, yaitu menaikkan proporsi penjualan produk yang menghasilkan rasio laba kontribusi (contribution margin ratio) yang tinggi. Break Even Point : Gambar, Tujuan, Faktor dan Penggunaan Break Even Point 1. Pengertian Break Even Point Teknik analisis titik impas sudah umum bagi segenap pelaku bisnis. Hal ini sangat berguna di dalam pengaturan bisnis dalam cakupan yang luas, termasuk organisasi yang kecil dan besar. Ada 2 (dua) alasan mengapa para pelaku bisnis menerima alasan ini : 1. Analisis ini berdasarkan pada asumsi yang lugas. 2. Perusahaan-perusahaan telah menemukan bahwa informasi yang didapat dari metode titik impas ini sangat menguntungkan di dalam pengambilan keputusan. Break Even Point adalah suatu keadaan dimana perusahaan dalam operasinya tidak memperoleh laba dan juga tidak menderita kerugian atau dengan kata lain total biaya sama dengan total penjualan sehingga tidak ada laba dan tidak ada rugi. Hal ini bisa terjadi apabila perusahaan di dalam operasinya menggunakan biaya tetap dan biaya variabel, dan volume penjualannya hanya cukup menutupi biaya tetap dan biaya variabel. Apabila penjualan hanya cukup menutupi biaya variabel dan sebagian biaya tetap, maka perusahaan menderita kerugian. Sebaliknya, perusahaan akan memperoleh keuntungan, apabila penjualan melebihi biaya variabel dan biaya tetap yang harus dikeluarkan. Salah satu tujuan perusahaan adalah mencapai laba atau keuntungan sesuai dengan pertumbuhan perusahaan. Untuk mencapai laba yang semaksimal mungkin dapat dilakukan dengan tiga langkah sebagai berikut, yaitu : 1. Menekan biaya produksi maupun biaya operasional serendah-rendahnya dengan mempertahankan tingkat harga, kualitas dan kunatitas. 2. Menentukan harga dengan sedemikian rupa sesuai dengan laba yang dikehendaki. 3. Meningkatkan volume kegitan semaksimal mungkin. Dari ketiga langkah-langkah tersebut diatas tidak dapat dilakukan secara terpisah-pisah karena tiga faktor tersebut mempunyai hubungan yang erat dan saling berkaitan. Pengaruh salah satu faktor akan membawa akibat terhadap seluruh kegiatan operasi. Oleh karena itu struktur laba dari sebuah perusahaan sering dilukiskan dalam break even point, sehingga mudah untuk memahami hubungan antara biaya, volume kegiatan dan laba. Namun ada juga yang membuat pengertian break even point sebagai berikut : 1. Menurut S. Munawir (2002) Titik break even point atau titik pulang pokok dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana dalam operasinya perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi (total penghasilan = Total biaya). 2. Menurut Abdullah (2004) Analisis Break even point disebut juga Cost Volume Profit Analysis. Arti penting analisis break even point bagi menejer perusahaan dalam pengambilan keputusan keuangan adalah sebagai berikut, yaitu : 1. Guna menetapkan jumlah minimal yang harus diproduksi agar perusahaan tidak mengalami kerugian. 2. Penetapan jumlah penjualan yang harus dicapai untuk mendapatkan laba tertentu. 3. Penetapan seberapa jauhkan menurunnya penjualan bisa ditolerir agar perusahaan tidak menderita rugi. 1. Menurut Purba (2002) Titik impas (break even) berlandaskan pada pernyataan sedarhana, berapa besarnya unit produksi yang harus dijual untuk menutupi seluruh biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk tersebut. 2. Menurut PS. Djarwanto (2002) Break even point adalah suatu keadaan impas yaitu apabila telah disusun perhitungan laba dan rugi suatu periode tertentu, perusahaan tersebut tidak mendapat keuntungan dan sebaliknya tidak menderita kerugian. 3. Menurut Harahap (2004) Break even point berarti suatu keadaan dimana perusahaan tidak mengalami laba dan juga tidak mengalami rugi artinya seluruh biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan produksi ini dapat ditutupi oleh penghasilan penjualan. Total biaya (biaya tetap dan biaya variabel) sama dengan total penjualan sehingga tidak ada laba tidak ada rugi. 4. Menurut Garrison dan Noreen (2004) Break even point adalah tingkat penjualan yang diperlukan untuk menutupi semua biaya operasional, dimana break even tersebut laba sebelum bunga dan pajak sama dengan nol (0). Langkah pertama untuk menentukan break even adalah membagi harga pokok penjualan (HPP) dan biaya operasi menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya Tetap merupakan fungsi dari waktu, bukan fungsi dari jumlah penjualan dan biasanya ditetapkan berdasarkan kontrak, misalnya sewa gudang. Sedangkan biaya variabel tergantung langsung dengan penjualan, bukan fungsi dari waktu, misalnya biaya angkut barang. Apabila perusahaan mempunyai biaya variabel saja, maka tidak akan muncul masalah break even point dalam perusahaan tersebut. Masalah break even point baru akan muncul apabila suatu perusahaan disamping mempunyai biaya variabel juga mempunyai biaya tetap. Besarnya biaya variabel secara totalitas akan berubah-ubah sesuai dengan volume produksi perusahaan, sedangkan besarnya biaya tetap sacara totalitas tidak mengalami perubahan meskipun ada perubahan volume produksi. Karena adanya unsur biaya variabel disuatu sisi dan unsur biaya tetap disisi lain maka suatu perusahaan dengan volume produksi tertentu menderita kerugian karena penjualan hanya menutupi biaya tetap. Ini berarti bahwa bagian dari hasil penghasilan penjualan yang tersedia hanya cukup untuk menutupi biaya tetap tetapi tidak cukup menutupi biaya variabelnya. Volume penjualan dimana penghasilan total sama besarnya dengan biaya totalnya, sehingga perusahaan tidak mencapai laba atau keuntungan dan tidak menderita kerugian disebut Break Even Point. 2. Kegunaan Break Even Point Diatas telah dikemukakan bahwa analisa break even point sangat penting bagi pimpinan perusahaan untuk mengetahui pada tingkat produksi berapa jumlah biaya akan sama dengan jumlah penjualan atau dengan kata lain dengan mengetahui break even point kita akan mengetahui hubungan antara penjualan, produksi, harga jual, biaya, rugi atau laba, sehingga memudahkan bagi pimpinan untuk mengambil kebijaksanaan. Analisis Break Even Point berguna apabila beberapa asumsi dasar dipenuhui. Asumsi-asumsi tersebut adalah : 1. Biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan dapat dikelompokan dalam biaya variabel dan biaya tetap. 2. Besarnya biaya variabel secara total berubah-ubah secara proporsional dengan volume produksi atau penjualan. Ini berarti bahwa biaya variabel per unitnya adalah tetap. 3. Besarnya biaya tetap secara total tidak berubah meskipun ada perubahan volume produksi atau penjualan. Ini berarti bahwa biaya tetap per unitnya berubah-ubah karena adanya perubahan volume kegiatan. 4. Jumlah unit produk yang terjual sama dengan jumlah per unit produk yang diproduksi. 5. Harga jual produk per unit tidak berubah dalam periode tertentu. 6. Perusahaan hanya memproduksi satu jenis produk, apabila lebih dari satu jenis komposisi masing-masing jenis produk dianggap konstan (tetap). Analisa break even point juga dapat digunakan oleh pihak menejemen perusahaan dalam berbagai pengambilan keputusan, antara lain mengenai : 1. Jumlah minimal produk yang harus terjual agar perusahaan tidak mengalami kerugian. 2. Jumlah penjualan yang harus dipertahankan agar perusahaan tidak mengalami kerugian. 3. Besarnya penyimpanan penjualan berupa penurunan volume yang terjual agar perusahaan tidak menderita kerugian. 4. Untuk mengetahui efek perubahan harga jual, biaya maupun volume penjualan terhadap laba yang diperoleh. Break even point juga dapat digunakan dengan dalam tiga cara terpisah, namun ketiganya saling berhubungan, yaitu untuk : 1. Menganalisa program otomatisasi dimana suatu perusahaan akan beroperasi secara lebih mekanis dan otomatis dan mengganti biaya variabel dengan biaya tetap. 2. Menelaah impak dari perluasan tingkat operasi secara umum. 3. Untuk membuat keputusan tentang produk baru yang harus dicapai jika perusahaan menginginkan break even point dalam suatu proyek yang diusulkan. Menurut Harahap (2004) Dalam analisa laporan keuangan kita dapat menggunakan rumus break even point untuk mengetahui : 1. Hubungan antara penjualan biaya dan laba. 2. Untuk mengetahui struktur biaya tetap dan biaya variabel. 3. Untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menekan biaya dan batas dimana perusahaan tidak mengalami laba dan rugi. 4. Untuk mengetahui hubungan antara cost, volume, harga dan laba. Analisa break even point memberikan penerapan yang luas untuk menguji tindakan-tindakan yang diusulkan dalam mempertimbangkan alternatif-alternatif atau tujuan pengambilan keputusan yang lain. Analisa break even point tidak hanya semata-mata untuk mengetahui keadaan perusahaan yang break even saja, akan tetapi analisa break even point mampu memeberikan informasi kepada pimpinan perusahaan mengenai berbagai tingkat volume penjualan, serta hubungan dengan kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat penjualan yang bersangkutan. 3. Manfaat Analisa Break Even Point Menurut Rony (1990, p. 357) analisis titik impas atau analisis Break Even Point sangat bermanfaat bagi manajemen dalam menjelaskan beberapa keputusan operasional yang penting dalam tiga cara berbeda namun tetap berkaitan yaitu: a. Pertimbangan tentang produk baru dalam menentukan berapa tingkat penjualan yang harus dicapai agar perusahaan memperoleh laba. b. Sebagai kerangka dasar penelitian pengaruh ekspansi terhadap tingkat operasional. c. Membantu manajemen dalam menganalisis konsekuensi penggeseran biaya variabel menjadi biaya tetap karena otomisasi mekanisme kerja dengan peralatan yang canggih. Matz, Usry dan Hammer (1991, p. 224) juga menjelaskan beberapa manfaat analisa break even untuk manajemen, yaitu : a. Membantu pengendalian melalui anggaran. b. Meningkatkan dan menyeimbangkan penjualan. c. Menganalisa dampak perubahan volume. d. Menganalisa harga jual dan dampak perubahan biaya. e. Merundingkan upah. f. Manganalisa bauran produk. g. Manerima keputusan kapitalisasi dan ekspansi lanjutan. h. Menganalisa margin of safety. Sedangkan menurut Sigit (1993, p. 1) analisa Break Even Point mempunyai beberapa manfaat, diantaranya adalah : a. Sebagai dasar merencanakan kegiatan operasional dalam usaha mencapai laba tertentu. b. Sebagai dasar atau landasan untuk mengendalikan aktivitas yang sedang berjalan. c. Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan harga jual. d. Sebagai bahan atau dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan MODAL KERJA Pengertian Modal Kerja Modal kerja adalah kelebihan aktiva lancar terhadap hutang jangka pendek. Kelebihan inilah yang disebut modal kerja bersih (net working capital). Kelebihan ini merupakan jumlah aktiva lancar yang berasal dari hutang jangka panjang dan modal sendiri. Tentunya definisi ini bersifat kualitatif karena menunjukkan kemungkinan tersedianya aktiva lancar yang lebih besar daripada hutang jangka pendek dan menunjukkan tingkat keamanan bagi kreditur jangka pendek serta menjamin kelangsungan usaha di masa mendatang. Menurut konsep fungsional, modal kerja ini adalah jumlah dana yang digunakan selama periode akuntansi yang dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan jangka pendek (current income) yang sesuai dengan maksud utama didirikan perusahaan tersebut. Definisi ini didasarkan pada fungsi dari dana dalam menghasilkan pendapatan. Modal kerja ini sebaiknya tersedia dalam jumlah yang cukup agar memungkinkan perusahaan dapat beroperasi secara ekonomis dan tidak mengalami kesulitan keuangan, misalnya dapat menutupi kerugian dan mengatasi keadaan krisis tanpa membahayakan keadaan keuangan perusahaan. Jenis-Jenis Modal Kerja 1. Modal Kerja Permanen (Permanent Working Capital) Yaitu modal kerja yang ada pada perusahaan untuk dapat menjalankan fungsinya antara modal kerja ini terdiri dan : a. Modal kerja primer (Primary Working Capital) jumlah modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjaga kontinuitas usahanya. b. Modal kerja normal (Normal Working Capital) modal kerja yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan proses produksi yang normal. 2. Modal Kerja Variabel (Variable Working Capital) Yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan. Modal kerja ini dibagi: a. Modal kerja musiman (Seasonal Working Capital) modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan oleh fluktuasi musim. b. Modal kerja siklis (Cyclical Working Capita) modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan oleh fluktuasi konjungtur. c. Modal kerja darurat (Emergency Working Capital) modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah karena keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya. KONSEP MODAL KERJA Dikenal adanya 3 konsep modal kerja, yaitu: 1. Konsep kuantitatif Menggambarkan keseluruhan (jumlah) dari aktiva lancar, dimana aktiva lancar ini sekali berputar dan dapat kembali ke bentuk semula dalam jangka waktu pendek. Konsep ini disebut modal kerja bruto – Gross working capital. 2. Konsep kualitatif Merupakan selisih antara aktiva lancar diatas hutang lancar, atau merupakan sebagian dari aktiva lancar yang benar-benar dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan tanpa menunggu likuiditas. Konsep ini disebut modal kerja netto – net working capital. 3. Konsep Fungsional Menitik beratkan pada fungsi dari pada dana dalam menghasilkan pendapatan income dari usaha pokok perusahaan. Menghasilkan pendapatan pada periode akuntasi (current income) dan periode masa depan (future income). sumber: www.scribd.com httpwwwbloggercomcreate-blogdo-fiina.blogspot.com www.b4on.wordpress.com

Sabtu, 21 April 2012

Modal kerja

MODAL KERJA Pengertian Modal Kerja Modal kerja adalah kelebihan aktiva lancar terhadap hutang jangka pendek. Kelebihan inilah yang disebut modal kerja bersih (net working capital). Kelebihan ini merupakan jumlah aktiva lancar yang berasal dari hutang jangka panjang dan modal sendiri. Tentunya definisi ini bersifat kualitatif karena menunjukkan kemungkinan tersedianya aktiva lancar yang lebih besar daripada hutang jangka pendek dan menunjukkan tingkat keamanan bagi kreditur jangka pendek serta menjamin kelangsungan usaha di masa mendatang. Menurut konsep fungsional, modal kerja ini adalah jumlah dana yang digunakan selama periode akuntansi yang dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan jangka pendek (current income) yang sesuai dengan maksud utama didirikan perusahaan tersebut. Definisi ini didasarkan pada fungsi dari dana dalam menghasilkan pendapatan. Modal kerja ini sebaiknya tersedia dalam jumlah yang cukup agar memungkinkan perusahaan dapat beroperasi secara ekonomis dan tidak mengalami kesulitan keuangan, misalnya dapat menutupi kerugian dan mengatasi keadaan krisis tanpa membahayakan keadaan keuangan perusahaan. Jenis-Jenis Modal Kerja 1. Modal Kerja Permanen (Permanent Working Capital) Yaitu modal kerja yang ada pada perusahaan untuk dapat menjalankan fungsinya antara modal kerja ini terdiri dan : a. Modal kerja primer (Primary Working Capital) jumlah modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjaga kontinuitas usahanya. b. Modal kerja normal (Normal Working Capital) modal kerja yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan proses produksi yang normal. 2. Modal Kerja Variabel (Variable Working Capital) Yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan. Modal kerja ini dibagi: a. Modal kerja musiman (Seasonal Working Capital) modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan oleh fluktuasi musim. b. Modal kerja siklis (Cyclical Working Capita) modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan oleh fluktuasi konjungtur. c. Modal kerja darurat (Emergency Working Capital) modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah karena keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya. KONSEP MODAL KERJA Dikenal adanya 3 konsep modal kerja, yaitu: 1. Konsep kuantitatif Menggambarkan keseluruhan (jumlah) dari aktiva lancar, dimana aktiva lancar ini sekali berputar dan dapat kembali ke bentuk semula dalam jangka waktu pendek. Konsep ini disebut modal kerja bruto – Gross working capital. 2. Konsep kualitatif Merupakan selisih antara aktiva lancar diatas hutang lancar, atau merupakan sebagian dari aktiva lancar yang benar-benar dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan tanpa menunggu likuiditas. Konsep ini disebut modal kerja netto – net working capital. 3. Konsep Fungsional Menitik beratkan pada fungsi dari pada dana dalam menghasilkan pendapatan income dari usaha pokok perusahaan. Menghasilkan pendapatan pada periode akuntasi (current income) dan periode masa depan (future income). sumber: www.scribd.com httpwwwbloggercomcreate-blogdo-fiina.blogspot.com www.b4on.wordpress.com

Minggu, 01 April 2012

Cycle kas (siklus kas)

Membuat Flowchart diawali Kas & diakhiri dengan Perusahaan Manufaktur

Perusahaan manufaktur yaitu perusahaan yang mengelola bahan mentah ( bahan baku ) menjadi barang jadi

siklus perusahan manufaktur :

Persediaan Barang + Harga Pokok - Persediaan Barang = Harga Pokok
Jadi (Awal) Produksi Jadi (Akhir) Penjualan


Pada perusahaan manufaktur diperlukan banyak rekening untuk menentukan harga pokok produksi, tetapi dalam Laporan Rugi-Laba hanya disajikan totalnya saja, sedangkan rinciannya disajikan dalam Skedul Harga Pokok Produksi.





Sumber :
http://www.google.co.id/imgres?imgurl=http://bp3.blogger.com

Budget kas (anggaran kas)

Budget Kas adalah budget yang merencanakan secara lebih terperinci tentang jumlah kas beserta perubahan-perubahannya dari waktu kewaktu selama periode yang akan datang, baik perubahan yang berupa pengeluaran kas, maupun yang berupa penerimaan kas.

Budget kas dibedakan dalam dua bagian, yaitu:

1. Estimasi penerimaan-penerimaan kas yang berasal dari : hasil penjualan tunai; piutang yang berkumpul; penerimaan bunga devident; hasil penjualan aktiva tetap, dan penerimaan-penerimaan lain.

2. Estimasi pengeluaran kas yang digunakan untuk : pembelian bahan mentah; pembayaran utang-utang ; pembayaran upah buruh; pengeluaran untuk biaya penjualan, premi asuransi; pembelian aktiva tetap dan pengeluaran-pengeluaran lain.


C.Tujuan penyusunan anggaran kas bagi pimpinan perusahaan adalah untuk mengetahui :

1. Kemungkinan posisi kas sebagai hasil rencana operasinyaperusahaan

2. Besarnya dana beserta saat/kapan dana tersebut dibutuhkan untuk menutup defisit kas

3. Saat kapan kredit dibayar kembali.


Tahap penyusunan budget kas:

1. Penyususun estimasi penerimaan dan pengeluaranmenurut rencana operasionil perusahaan (transaksinyaadalah transaksi operasional).

2. Menyusun perkiraan atau estimasi kebutuhan dana ataukredit dari bank atau sumber-sumber dana lainnya yangdiperlukan untuk menutup defisit kas karena rencana operasinya perusahaan. Juga disusun estimasipembayaran bunga kredit tersebut beserta waktu pembayarannya kembali (transaksinya adalah transaksifinansiil)

3. Menyusun kembali estimasi keseluruhan penerimaan danpengeluaran setelah adanya transaksi finansil dan budgetkas yang final ini merupakan gabungan dari transaksioperasional dan transaksi finansial yang menggambarkanestimasi penerimaan dan pengeluaran kas keseluruhan.



PENDEKATAN PENYUSUNAN BUDGET KAS

Ada dua pendekatan yang dapat di gunakan dalam menyusun budget kas, yaitu:

1.Pendekatan penerimaan dan pengeluaran kas

Sumber-sumber penerimaan kas muncul dari transaksi-transaksi seperti penjualan tunai, pengumpulan piutang dagang dan piutang wesel. Bunga yang diterima dari investasi, penjualan aktiva tetap, dan penghasilan lain-lain. Pengeluaran kas muncul dari berbagai pembayaran tunai, misalnya pembelian bahan baku, upah tenaga kerja langsung, biaya-biaya tunai (penyusutan tidak termasuk), pembelian aktiva tetap untuk periode yang bersangkutan, pajak, dan pembayaran deviden.

2.Pendekatan akuntansi keuangan

Pendekatan akuntansi keuangan banyak digunakan oleh perusahaan terutama untuk penyusunan budget kas jangka panjang. Pendekatan ini tidak memerlukan data terlalu rinci. Pada pendekatan ini, penyusunan aliran kas mulai dari laporan rugi laba; kemudian laporan tersebut disesuaikan dengan cara mengubah dari accrual basis menjadi cash basis.


Tiga motif untuk memiliki uang kas adalah:

1. Transaksi motif

2. Motif berjaga-jaga

3. Motif spekulasi

Penggunaan kas dan pengeluaran kas

penggunaan atau pengeluaran kas dapat disebabkan karena adanya transaksi-transaksi sebagai berikut:
1). Penggunaan kas
a. Pembelian saham atau obligasi sebagai investasi jangka pendek maupun jangka panjang.
b. Penarikan kembali saham yang beredar maupun pengambilan (prive) oleh pemilik.
c. Pelunasan atau pembayaran angsuran hutang
d. Pembelian barang dagangan secara tunai.
e. Pembayaran biaya operasi perusahaan.
f. Pengeluaran kas untuk pembayaran deviden, pajak, denda dsb.
2). Transaksi yang tidak mempengaruhi kas
a. Adanya pengakuan atau pembebanan depresiasi, amortisasi, dan deplesi terhadap aktiva tetap, intangible asset dan dan wasting asset. Biaya depresiasi ini merupakan biaya yang tidak memerlukan pengeluaran kas.
b. Pengakuan adanya kerugian piutang baik dengan membentuk cadangan kerugian piutang maupun tidak dan penghapusan piutang karena piutang yang bersangkutan tidak dapat ditagih.
c. Adanya penghapusan atau pengurangan nilai buku dari aktiva yang dimiliki karena aktiva ybs telah habis disusutkan atau sudah tidak dapat dipakai lagi.
d. Adanya pembayaran stock deviden, adanya penyisihan atau pembatasan pengguanaan laba dan adanya penilaian kembali (revaluasi) terhadap aktiva tetap yang dimiliki oleh perusahaan.
e. Terhadap trasnsaksi-transaksi yang tidak mempengaruhi kas tersebut harus dilakukan jurnal penyesuaian (adjustment dan reversal )

Laporan Sumber Dan Penggunaan Kas

Penyusunan laporan perubahan kas atau laporan sumber dan penggunaan kas dapat dilakukan dengan meringkas jurnal penerimaan kas dan jurnal pengeluaran kas. Cara ini memakan waktu yang lama karena harus menggolongkan setiap transaksi kas menurut sumber masing-masing serta tujuannya, dan cara ini hanya dapat dilakukan oleh internal analisis yang memungkinkan memperoleh datanya dengan lengkap dan masih murni.

Bagi eksternal analisis, menyusun laporan sumber dan penggunaan kas dapat dilakukan dengan menganalisis perubahan yang terjadi dalam laporan keuangan yang diperbandingkan antara dua waktu atau akhir periode serta informasi-informasi lain yang mendukung terjadinya perubahan tersebut. Dalam menganalisis perubahan yang terjadi harus diperhatikan kemungkinan adanya perubahan atau transaksi yang tidak mempengaruhi kas (noncash transaction).

Transaksi-transaksi yang tidak mempengaruhi uang kas antara lain sebagai berikut:

a. Adanya pengakuan atau pembebanan depresiasi, amortisasi dan deplesi terhadap aktiva tetap, intangible asset, dan wasting assets. Biaya depresiasi ini merupakan biaya yang tidak memerlukan pengeluaran kas.

b. Pengakuan adanya kerugian piutang baik dengan membentuk cadangan kerugian piutang maupun tidak, dan penghapusan piutang karena piutang yang bersangkutan sudah tidak dapat di tagih lagi.

c. Adanya penghapusan atau pengurangan nilai buku dari aktiva yang dimiliki dan penghentian dari penggunaan aktiva tetap karena aktiva yang bersangkutan telah habis disusut dan atau sudah tidak dapat dipakai lagi.

d. Adanya pembayaran stock devidend (dividen dalam bentuk saham), adanya penyisihan atau pembatasan penggunaan laba, dan adanya penilaian kembali (revaluasi) terhadap aktiva tetap yang dimiliki oleh perusahaan.


Langkah-Langkah Dalam Penyusunan Laporan Sumber-Sumber Dan Penggunaan Dana Dalam Aliran Kas

Dalam menyusun laporan sumber-sumber dan penggunaan kas, dimana dana dalam artian kas memiliki langkah-langkah sebagai berikut :

a. Mendaftar pos-pos neraca yang diperbandingkan antara dua titik waktu tertentu dalam kolom pertama dan kedua.

b. Mendaftar pos-pos laporan laba rugi dari tahun yang diperbandingkan (current year).

c. Tentukan kenaikan dan penurunan yang terjadi pada pos-pos neraca, tunjukkan dalam kolom ”Perubahan” debit dan kredit. Kolom perubahan debit untuk mencatat adanya kenaikan aktiva, penurunan utang dan modal serta bertambahnya biaya serta berkurangnya penhasilan. Sedangkan kolom kredit untuk mencatat penurunan aktiva, kenaikan utang dan modal, bertambahnya penghasilan dan berkurangnya biaya.

d. Menganalisis perubahan-perubahan yang terjadi pada pos-pos neraca dan pos-pos laba rugi untuk menentukan adanya perubahan yang tidak mempengaruhi kas.

e. Membuat jurnal penyesuaian dalam lembar kerja tersebut untuk menghilangkan akibat atau pengaruhtransaksi nonkas yang sudah dicatat dalam periode tersebut.

f. Memindahkan saldo atau perubahan setelah disesuaikan kecuali perubahan kas) Ke dalam kolom “Kenaikan dan Penurunan Kas” atau “Sumber dan Penggunaan Kas”.Penurunan aktiva (selain kas), kenaikan utang, modal dan penghasilan merupakan sumber kas, sedangkan kenaikan aktiva (selain kas), penurunan utang, modal dan kenaikan biaya merupakan penggunaan kas. Perubahan kas tidak perlu dipindahkan ke kolom sumber dan penggunaan kas karena perubahan kas inilah yang dianalisis, selisih jumlah kolom sumber kas dengan penggunaan kas harus sama dengan perubahan yang terjadi dalam pos “Kas”.

g. Untuk penyusunan laporan sumber dan penggunaan kas datanya diambil dari dua kolom terakhir dari lembar kerja.